Lokasi: Jl. Pasar Ikan, Jakarta Utara
Fungsi awal: Menara pemantau dan kantor pabean
Fungsi saat ini: Bagian dari Museum Bahari
Konteks:
a. Gudang navigasi, di dpn menara
b. Kantor pabean, samping menara
c. Kantor perdangangan, di bgian bwah dekat tangga
d. Ruang tahanan, di bwah tanah
e. Terowongan bawah tnah ke batavia, ditutup
Ukuran: 10mx6m; tinggi 18m
Kemiringan: sekitar ke arah selatan
Latar Belakang Sejarah:
"Dari sinilah kapal yang akan berlabuh diamati dan diberi tanda", demikian tulis Adolf Heuken dalam buku Tempat-Tempat Bersejarah di Jakarta.
Gambar 1. Menara Syahbandar
Menara Syahbandar disebut juga Uitkljk, Uitkijk Post berada di tepi barat muara Ciliwung, tepatnya terletak di Jl. Pasar Ikan No.1, Jakarta. Disebut sebagai De Uitkijk atau menara peninjau, karena menara ini memantau seluruh wilayah baik ke arah Pelabuhan Sunda Kelapa dan laut lepas di sebelah utara maupun ke arah Kota Batavia di sebelah selatannya.Sebagai bagian dari perbentengan Belanda, di sinilah letak pintu masuk lorong bawah tanah yang menuju ke Stadhuis (sekarang Museum Sejarah Jakarta) dan Benteng Frederik Hendrik (sekarang Mesjid Istiqlal). Di puncak menara terdapat jendela di empat sisi, untuk mempermudah pengawasan ke segala penjuru. Pada masanya, Menara Syahbandar pernah menjadi bangunan tertinggi di Batavia.
Menara Syahbandar tingginya 40 meter untuk mencapai puncaknya terdapat sebuah tangga khusus. Pada tahun 1839 didirikan menara baru sebagai pengganti menara yang lama. Menara ini kemudian direnovasi bersamaan dengan pemugaran bangunan gudang-gudang yang dijadikan Museum Bahari. Sebelum dipugar pernah dijadikan Kantor Komseko (Komando Sektor Kepolisian) dan pernah pula digunakan sebagai Kantor Museum Bahari.
Gambar 2. Pintu Masuk kawasan Menara Syahbandar yang juga merupakan bagian Museum Bahari.
Bicara soal Menara Syahbandar, maka tak bisa lepas dari Bastion Culemborg. Bastion atau kubu pertahanan ini dibangun jauh lebih dulu yaitu tahun 1645 dan merupakan bagian dari tembok Kota Batavia. Culemborg tak lain nama kota kelahiran Gubernur Jenderal van Diemen (1593-1645). Di dalam kubu inilah Menara Syahbandar dibangun. Tembok tebal yang merupakan sebuah bastion itu menyatu pada tembok pertahanan Kota Batavia tempo dulu. Pada tembok kokoh itu bersandar dua buah meriam kuno masa lalu.
Gambar 3. Bagian pintu masuk area Menara Syahbandar terdapat meriam kuno.
bahwa para pedagang Cina di Batavia ikut berbela-sungkawa atas meninggalnya Kaisar Pu Yi di Cina.
Gambar 4. Prasasti peresmian oleh Gubernur Jakarta Ali Sadikin
Di sekitar menara terdapat 3 bangunan lain, yaitu sebuah gedung yang dulunya dipakai untuk kantor urusan perdagangan, bangunan yang difungsikan sebagai gudang tepat di depan menara, dan bangunan di samping menara yang dulunya digunakan untuk urusan pabean. Ada 3 ruangan yang ada di dalam menara. Sebuah ruangan di lantai dasar, sebuah ruangan di bagian tengah, dan sebuah ruangan lagi di bagian atas. Di bagian bawah lantai dasar, terdapat ruangan yang dulunya digunakan sebagai penjara. Sesuai dengan fungsinya, di sekitar Menara Syahbandar terdapat tujuh meriam. Tiga diantaranya mengarah ke Pasar Ikan.
Gambar 5. Bagian kawasan Menara Syahbandar terdapat bangunan lain
seperti kantor urusan perdagangan pelabuhan Jakarta tempo dulu.
Menara yang lainnya memiliki ketinggian 18 meter dengan luas bangunan 10x6 meter. Pada bagian bawah terdapat ruang tahanan bagi awak kapal yang melanggar peraturan. Sedangkan pada bagian puncak terdapat ruang pengamatan yang dilengkapi dengan empat jendela. Sebagian bahan dasar bangunan terbuat dari kayu jati. Bangunan terbagi dari tiga lantai, yakni lantai dasar sebagai pintu masuk ke Menara Syahbandar, lantai dua merupakan bangunan kosong dengan lebar kurang lebih 6x7 meter, dan lantai atas merupakan tempat pengintaian.
Selain peninggalan sejarah, pemandangan di kawasan ini juga sangat indah. Apalagi, jika berada di bagian atas menara, tepatnya di ruang pengamatan. Setelah memanjat beberapa anak tangga dan mencapai pos pengamatan, pengunjung akan mendapatkan suatu pandangan yang indah dari kapal-kapal kayu tradisional di Sunda Kelapa, dan hamparan laut yang luas. Jika kita pandai menyelai masa kejayaan Pelabuhan Sunda Kalapa tempo dulu, maka kita pasti akan terbuai betapa majunya aktivitas perdagangan kala itu.
Gambar 6. Pemandangan kali yang dipenuhi limbah dan bau amis yang menyengat sekitar menara yang sangat disayangkan.
Daerah potensial untuk sebuah wadah rekreasi wisata sejarah kota Jakarta, namun sayang bau amis yang sangat tajam menjadi hal yang sangat mengganggu mengungat letaknya bersebelahan dengan pasar ikan, kekurangan lain adalah pemandangan di sekitar menara yang dipenuhi limbah dan sampah membuat pengunjung tidak betah berada di sekitar kawasan menara.
Sumber:
http://www.beritajakarta.com/2008/id/berita_detail.asp?nNewsId=34347
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/3059/Syahbandar-Menara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar